Tiiin...tiiin... Suara klakson motor yang bersumber dari luar rumah kontrakan Rere. Semenjak Rere berpacaran dengan Kenan suara klakson motor itu sangat akrab didengar setiap pagi harinya, Rere dan Kenan berkuliah di universitas yang sama jadi mereka berdua setiap harinya pergi dan pulang bersama. Kenan adalah seorang mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Rere adalah seorang mahasiswi dari Fakultas Ilmu Sosial. Mereka berdua sudah satu bulan berpacaran, perkenalan mereka berawal dari suatu percakapn online 6 bulan yang lalu.
***
Setiap
malam Rere selalu ditemani komputer lipatnya, ia tidak pernah absen untuk
mengobrol online dengan
teman-temannya yang sudah berkuliah diluar kota. Malam itu ketika Rere sedang
asyik mengobrol dengan teman-temannya, ada satu pesan yang datang dari orang
yang tidak dikenal olehnya, biasanya Rere acuh dengan orang-orang yang tak
dikenalnya, namun malam itu Rere menanggapi orang yang memulai obrolan itu
obrolan pun semakin panjang, Rere terlihat tertarik dengan cowok yang
diketahuinya bernama Kenan, yang mulanya Kenan memulai obrolan memakai akun
temannya, malam pun semakin larut dan Rere segera ingin mengakhiri
percakapannya, diujung percakapan Kenan meminta nomor ponsel Rere, tak biasanya
lagi Rere dengan mudah memberikan nomor ponselnya kepada orang yang baru ia
kenal itu.
Semenjak saat itu Rere dan Kenan pun
setiap malamnya mengobrol online dan
disiang hari mereka saling berkiriman pesan singkat. Kenan selalu memberikan
perhatian kepada Rere, selalu mengucapkan kata-kata manis untuk Rere dan tak
jarang ia menggoda Rere, sebaliknya Rere pun merespon dengan baik. Semakin hari
mereka berdua saling mengetahui sifat masing-masing dan mereka sudah saling
mengetahui bahwa mereka berkuliah di universitas yang sama. Tak jarang ketika
tengah malam atau ketika hujan Kenan kehabisan pulsa ia rela mengayuh sepedanya
untuk membeli pulsa keluar rumah.
Siang
itu Rere hanya duduk-duduk dikantin bersama teman-temannya karena dosen mereka
berhalangan hadir. Mereka berbicara
tentang teman-teman mereka yang berhasil masuk ke universitas yang sama.
“banyak
sih temen-temen gue yang ada di kampus ini, bahkan hampir separuh dari sekolah
kami lulus” kata Freti.
“ohh
ya, lo ada temen di Fakultas Ekonomi fret?” sambung Rere
“sebagian
besar sih temen gue di Fakultas Ekonomi, kenapa re? Ciee ada gebetan ya di sana
hahaha” goda freti.
“hhaaha
bukan gebetan sih, cuma temen kok. Lo kenal nggak dengan Kenan?”
“yak
elah itu temen aku dari SD kali re, Kenanda Fredi Arifda kan. Ciiiee ada apa lo
dengan dia? Kok bisa kenal?”
“ohh
nggak kok nggak ada apa-apa” dengan senyum malu Rere menajwab
“cieee
Rere” teriak Tata, Ica, Dwi
“nggak
kok, beneran gue cuma kenal aja”
“nggak
papa kok, kalo beneran ada apa-apa. Lagian dia itu ganteng, baik dan gak banyak
macem re”
Malam harinya Rere menceritakan, ada
teman Kenan yang juga teman Rere. Namun Kenan tidak begitu menyukai pembicaraan
tentang itu, jadi mereka tidak terlalu jauh membahas tentang itu. Sudah sebulan
lamanya Rere berkenalan dengan Kenan dan pertemanan mereka semakin baik, namun
tidak ada rencana mereka berdua untuk bertemu. Sampai pada suatu saat disela
percakapan mereka.
“Kenan,
kok kita nggak ada rencana buat ketemuan gitu yaa. Padahal kan kalo mau ketemu
gak butuh repot-repot. Kita kan sekampus”
“haha
iya ya, sebenernya sihh aku punya niat malah pake banget niatnya itu, tapi aku
pikir biarin kita ketemu dengan sendirinya. Gak perlu rencana, gak perlu yang
lain-lain. Toh kalo emang ditakdirin ketemu ya kita bakal ketemu re”
“eh...
iya ya, kita juga bisa kenal gini kan gara-gara takdir yaa ken”
“iyaaa
Renata Pricilia”
Karena kampus mereka terlalu besar
jadi kemungkinan untuk bisa bertemu secara tidak sengaja itu sangat kecil
apalagi jarak dari fakultas Rere dan Kenan sangat jauh, jadi jika mereka bisa
bertemu secara tidak sengaja itu benar-benar merupakan takdir. Semenjak obrolan
itu Rere selalu berharap bisa dengan tidak sengaja bertemu dengan Kenan.
Kenan adalah seorang cowok yang
memang dibanyak disukai para cewek-cewek. Bukan karena memiliki tampang yang
terlalu menarik tetapi karena ia memiliki sikap yang baik dan memiliki
kepribadian yang begitu menarik. Tak jarang cewek disekitarnya tertarik untuk
menjadi kekasihnya. Pada suatu waktu karena ada mahasiswi pindahan dari luar
kota Rendi memiliki ide yang konyol untuk Kenan, Rendi adalah teman satu kost
Kenan sekaligus satu jurusan.
“ehh
Kenan, lo mau ikut kita taruhan gak?” tegur Rendi
“taruhan
apaan sihh, gak minta gue”
“gak
minat apa takut nihhh” ejek Rendi
“ehh
aku gak pernah takut ahh dengan tantangan, taruhan apaan dulu nih?”
“lo
tau kan dengan anak baru yang pindahan itu?” menatap Kenan dengan tajam “iya kenapa?” jawab Kenan.
“gini
yaa, siapa yang bisa dapetin dia, siapa yang kalah dia harus bersedia nyuciin
baju, nyuciin piring, beliin makanan, dll buat sebulan setengah, yaaa bisa
dibilang jadi kacung selama satu setenngah bulan. Mau?”
“nggak
deh gue males taruhan yang kayak gitu”
“cieee
bilang aja lo takut ken, huuu” ejek Rendi
“yeee
nggak kok” sambil menoyor Rendi.
“jadi
apa kalo nggak? Banci? Ahh elo gitu aja gak berani cemen ahh”
“diihh
ni anak, ya udah gue ikut nihh” dengan tampang kesal
“nahh
gitu kan enak, kita deal yaa okee”
Dengan proses taruhan itu, Kenan
masih saja menunjukkan sikap manis kepada Rere dan tak ada yang berubah. Kenan
juga melancarkan rencananya untuk mendekati anak baru yang bernama Winda itu.
Dengan segala cara Kenan menarik perhatian Winda, mulai dari semakin aktif
mengikuti latihan basket, dan futsal, Winda seringkali menonton mereka latihan
karena diajak teman-temannya, setiap latihan Kenan menjadi pusat perhatian dari
semua penonton karena ia memang mahir dalam bermain basket dan futsal. Hal
itupun membuat Winda tertarik mengenal Kenan, hari itu setelah selesai latihan
basket Kenan dengan gaya cool nya
menegur Winda.
“Hei,
elo anak baru itu ya,” sambil menenggak minuman “nama lo siapa? Disini
ngekost?” sambungnya
“Winda,
iya. Nama kamu siapa?”
“Kenan,
salam kenal ya. Oh ya duluan ya”
Percakapan sejenak yang sebenarnya
tidak begitu penting itu bagi Winda itu sangat spesial karena ia memang
tertarik dengan Kenan, bagi Kenan itu adalah awal dari perjuangannya untuk
memenangkan taruhan.
Keesokannya lagi-lagi Winda menonton
Kenan latihan futsal dan itu
merupakan
kesempatan bagi Kenan untuk mulai mendekatinya dengan meminta nomor ponsel Winda dan juga setelah latihan
Kenan mengantar Winda pulang. Dengan itu semakin membuat Winda percaya bahwa
Kenan memiliki rasa yang sama dengan ia.
Tanpa sepengetahuan Rendi, Kenan pun
melancarkan rencananya, semakin hari mereka semakin dekat. Rendi yang juga
ingin mendekati Winda, tidak begitu ditanggapi oleh Winda.
“eh
ken, tuh anak baru sombong banget loh, sms gue gak pernah dibales”
“ohh
gitu ya, lo dapet nomer hp nya darimana?”
“dari
temennya, jangan bilang lo mau minta no dia ke gue”
“pelit
banget ni orang sama temen”
“ehh
meeeen ini persaingan, jadi gak ada kata temen” dengan bangganya
Sore itu Rere secara tidak sengaja
berjalan bersama teman-temannya melewati fakultas Kenan, ketika ia melihat ada
banyak yang latihan futsal disana, Rere dengan cepat menoleh ke arah para
pemainnya.
“ehh
sini fret, itu Kenan bukan?”
“lohh
emang lo belum pernah ketemu ya?”
“iya
fret” dengan wajah lemas
“bentar-bentar
aku mau pake kacamata dulu”
“cepetan
freeeettt”
“iya
sabar sihh” mencari-cari Kenan diarah yang ditunjuk Rere “iya Re, bener”
sambungya.
“waaahh,
nonton sebentar yuk”
“iya
iya, sekalian ngeceng juga nihh” sambar Ica
Namun Kenan tak juga melihat Rere,
selesai latihan Kenan menghampiri Winda yang juga menontonnya. Dengan itu Rere
terlihat sangat kecewa namun mereka masih saja belum beranjak dari tempat
mereka menonton itu. Seperti biasa setelah selesai latihan Kenan langsung
mengantar Winda dan ketika Kenan melewati tempat Rere dan teman-temannya duduk,
ia menoleh sebentar dan sama sekali tidak menegur Rere, namun Kenan tampak
memasang wajah cemas.
Dimalam hari ketika mereka mengobrol
online dengan Rere, ia sama sekali
tidak membahas tentang kejadian tadi sore. Namun, karena Rere tidak kuat
menahan untuk tidak membahasnya jadi ia menanyakan hal itu.
“Ken
aku tadi sore kayaknya liat orang dehh, itu mungkin kamu. Kamu tadi latihan
kan”
“eh
mungkin salah lihat Re”
“nggak
kok, tadi kan aku sama Freti. Freti bilang itu kamu. Ohh ya kamu juga kan tadi
noleh ke arah aku, sama siapa kamu tadi ya Ken?”
“ohh
iya ya, berarti bener dugaan aku kalo itu kamu”
“ohh
gak mau jawab ya siapa dia, ya udah kalo itu pacar kamu gak papa kok, yang
langgeng ya sama dia. Pantesan gak pernah ada rencana ketemu ternyata gitu
tohh”
“emm
bukan pacar aku itu Re, susah negejelasinnya Re, yang pasti dia bukan pacar
aku. bukan itu juga maksud aku ga ada rencana ketemu. Maaf Re”
“loh
kok minta maaf, ya udah aku capek nih, aku mau tidur yaaa”
“Re,
kamu bohong ahh gak biasanya kamu tidur jam segini.” Itu tidak diatnggapi oleh
Rere.
Namun, keesokannya keadaan antara
Rere dan Kenan kemabli membaik lagi. Itu dikarenakan Rere memang menyukai
bahkan sudah mulai menyayangi Kenan, jadi ia tidak mau kehilangannya.
Kedekatan Kenan dan Winda semakin
menunjukkan titik terang, Winda pun sudah semakin tertarik kepada Kenan. Yang
akhirnya Kenan memenangkan taruhannya dan Rendi menepati janjinya kepada Kenan,
ia rela disuruh apapun oleh Kenan. Hubungan Kenan dan Rere tidak mengalami
kerenggangan bahkan mereka kerap sekali mengadakan janji untuk bertemu.
Hubungan Kenan dengan Winda tidak begitu baik karena Kenan memang tidak
menyukai Winda, Kenan berniat untuk memutuskan Winda ketika hukuman masa
taruhannya selesai. Hubungan Kenan dengan Winda yang sudah sejauh ini, sama
sekali tidak diketahui oleh Rere.
Setelah setengah bulan berlalu dan
masa taruhan selesai, Kenan sesegera mungkin memutuskan Winda melalui telepon,
walaupun mulanya Winda tidak menerima semua itu, Kenan tetap bersikeras
sehingga membuat Winda menyerah dan mau untuk memutuskan hubungan mereka.
Hubungan Kenan dan Rere pun tercium
oleh Rendi dan lagi-lagi Rendi menantang Kenan untuk bertaruh, karena Rendi ini
memiliki sifat yang terlalu percaya diri, ia tak mau kalah dengan siapapun
terutama Kenan.
“eh
elo lagi deket dengan anak Fakultas Keguruan ya?”
“iya
kenapa, gak usah ganggu-ganggu lo!”
“nggak
kok, gue Cuma mau nantangin lagi aja. Soalnya Rere itu pernah kenal dengan gue
bahkan kami dulu sempet deket”
“gak
percaya gue ama lo Ren, lo itu emang gak pernah seneng ya liat gue seneng”
“ya
udah kalo gak percaya tanya aja sama dia, Ken gue kan pernah naksir sama Rere,
aku masih gak terima aja kemarin aku jadi kacung, jadi gue mau nantangin lo
lagi. Elo harus mau!!”
“gila
lo ya, bisa gak diganti korbannya. Gue beneran suka sama Rere!”
“gak
bisa! harus Rere, soalnya gue kenal juga dengan Rere, permainan sudah dimulai.
DEAL!”
Kenan tidka begitu mempedulikan
ucapan Rendi, hubungan Kenan dan Rere pun baik-baik saja, bahkan mereka semakin
hari semakin dekat. Suatu waktu Kenan memberikan sebuah kejutan untuk Rere
yaitu mengajaknya ke suatu tempat yang merupakan kenangan Rere bersama mendiang
Ayahnya. Disana juga Kenan menyatakan cintanya kepada Rere. Semenjak hari itu
mereka resmi menjadi spasang kekasih dan ini sama sekali tidak diketahui oleh
Rendi.
Rendi mulai curiga dengan Kenan yang
setiap paginya tidak pernah lagi utnuk berangkat kuliah bersama. Walaupun sudah
seringkali Rendi menanyakan kepada Kenan tentang itu, Kenan tak pernah
menjawabnya. Karena terlalu penasaran akhirnya pagi itu Rendi mengikuti Kenan
secara diam-diam. Tepat sekali ketika Rere keluar dari rumah kontrakannya,
Rendi langsung menjalankan motornya mendekati Kenan, sontak itu membuat Kenan
kaget.
“ohh
jadi selama ini kamu tiap pagi jemput Rere toh,” tegur Rendi “oh ya Re kalian
udah jadian ya?” sambungnya.
“hehe
iya Ren, emang kamu gak diceritain sama Kenan ya” dengan enteng Rere menjawab.
“yak
elah Kenan mah gitu introvert banget anaknya, ya udah yang langgeng ya Re”
dengan senyumnya termanis “ehh iya Kenan selamet juga ya elo udah menang
taruhan, gue jadi kacung selama satu setengah bulan lagi dehh”
Pernyataan
itu membuatnya sangat kaget dan Kenan pun memberikan penjelasan dengannya
didepan Rendi. Namun, Rendi menghalang-halangi Rere untuk percaya dengan Kenan
dengan banyak bualan yang dikeuluarkannya tentang Kenan dan Rendi juga
mengatakan tentang Winda yang sudah menjadi korban taruhan mereka. Sekuat
tenaga Kenan untuk membuat percaya Rere namun Rere sudah teramat sakit hati dan
sulit untuk mempercayainya karena hasutan dari Rendi. Semenjak saat itu
hubungan Rere dan Kenan menggantung, sementara waktu Kenan menghilang untuk
menetralisir suasana, sampai akhirnya Kenan mengirimkan sebuah pesan untuk
kembali membuat Rere percaya bahwa ia benar-benar tidak ada niat untuk membuat
Rere menjadi bahan taruhan, hanya dijawab Rere dengan kalimat, “Cintaku terlalu
indah untuk dipertaruhkan, terimakasih seenggaknya aku udah pernah ngerasain
gimana menyayangi dengan tulus. Selamat buat kemenanganmu”
Karya
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar