Sabtu, 13 April 2013

Bukan Permainan


Tiiin...tiiin... Suara klakson motor yang bersumber dari luar rumah kontrakan Rere. Semenjak Rere berpacaran dengan Kenan suara klakson motor itu sangat akrab didengar setiap pagi harinya, Rere dan Kenan berkuliah di universitas yang sama jadi mereka berdua setiap harinya pergi dan pulang bersama. Kenan adalah seorang mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Rere adalah seorang mahasiswi dari Fakultas Ilmu Sosial. Mereka berdua sudah satu bulan berpacaran, perkenalan mereka berawal dari suatu percakapn online 6 bulan yang lalu.
***
Setiap malam Rere selalu ditemani komputer lipatnya, ia tidak pernah absen untuk mengobrol online dengan teman-temannya yang sudah berkuliah diluar kota. Malam itu ketika Rere sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya, ada satu pesan yang datang dari orang yang tidak dikenal olehnya, biasanya Rere acuh dengan orang-orang yang tak dikenalnya, namun malam itu Rere menanggapi orang yang memulai obrolan itu obrolan pun semakin panjang, Rere terlihat tertarik dengan cowok yang diketahuinya bernama Kenan, yang mulanya Kenan memulai obrolan memakai akun temannya, malam pun semakin larut dan Rere segera ingin mengakhiri percakapannya, diujung percakapan Kenan meminta nomor ponsel Rere, tak biasanya lagi Rere dengan mudah memberikan nomor ponselnya kepada orang yang baru ia kenal itu.
            Semenjak saat itu Rere dan Kenan pun setiap malamnya mengobrol online dan disiang hari mereka saling berkiriman pesan singkat. Kenan selalu memberikan perhatian kepada Rere, selalu mengucapkan kata-kata manis untuk Rere dan tak jarang ia menggoda Rere, sebaliknya Rere pun merespon dengan baik. Semakin hari mereka berdua saling mengetahui sifat masing-masing dan mereka sudah saling mengetahui bahwa mereka berkuliah di universitas yang sama. Tak jarang ketika tengah malam atau ketika hujan Kenan kehabisan pulsa ia rela mengayuh sepedanya untuk membeli pulsa keluar rumah.
Siang itu Rere hanya duduk-duduk dikantin bersama teman-temannya karena dosen mereka berhalangan hadir.  Mereka berbicara tentang teman-teman mereka yang berhasil masuk ke universitas yang sama.
“banyak sih temen-temen gue yang ada di kampus ini, bahkan hampir separuh dari sekolah kami lulus” kata Freti.
“ohh ya, lo ada temen di Fakultas Ekonomi fret?” sambung Rere
“sebagian besar sih temen gue di Fakultas Ekonomi, kenapa re? Ciee ada gebetan ya di sana hahaha” goda freti.
“hhaaha bukan gebetan sih, cuma temen kok. Lo kenal nggak dengan Kenan?”
“yak elah itu temen aku dari SD kali re, Kenanda Fredi Arifda kan. Ciiiee ada apa lo dengan dia? Kok bisa kenal?”
“ohh nggak kok nggak ada apa-apa” dengan senyum malu Rere menajwab
“cieee Rere” teriak Tata, Ica, Dwi
“nggak kok, beneran gue cuma kenal aja”
“nggak papa kok, kalo beneran ada apa-apa. Lagian dia itu ganteng, baik dan gak banyak macem re”
            Malam harinya Rere menceritakan, ada teman Kenan yang juga teman Rere. Namun Kenan tidak begitu menyukai pembicaraan tentang itu, jadi mereka tidak terlalu jauh membahas tentang itu. Sudah sebulan lamanya Rere berkenalan dengan Kenan dan pertemanan mereka semakin baik, namun tidak ada rencana mereka berdua untuk bertemu. Sampai pada suatu saat disela percakapan mereka.
“Kenan, kok kita nggak ada rencana buat ketemuan gitu yaa. Padahal kan kalo mau ketemu gak butuh repot-repot. Kita kan sekampus”
“haha iya ya, sebenernya sihh aku punya niat malah pake banget niatnya itu, tapi aku pikir biarin kita ketemu dengan sendirinya. Gak perlu rencana, gak perlu yang lain-lain. Toh kalo emang ditakdirin ketemu ya kita bakal ketemu re”
“eh... iya ya, kita juga bisa kenal gini kan gara-gara takdir yaa ken”
“iyaaa Renata Pricilia”
            Karena kampus mereka terlalu besar jadi kemungkinan untuk bisa bertemu secara tidak sengaja itu sangat kecil apalagi jarak dari fakultas Rere dan Kenan sangat jauh, jadi jika mereka bisa bertemu secara tidak sengaja itu benar-benar merupakan takdir. Semenjak obrolan itu Rere selalu berharap bisa dengan tidak sengaja bertemu dengan Kenan.
            Kenan adalah seorang cowok yang memang dibanyak disukai para cewek-cewek. Bukan karena memiliki tampang yang terlalu menarik tetapi karena ia memiliki sikap yang baik dan memiliki kepribadian yang begitu menarik. Tak jarang cewek disekitarnya tertarik untuk menjadi kekasihnya. Pada suatu waktu karena ada mahasiswi pindahan dari luar kota Rendi memiliki ide yang konyol untuk Kenan, Rendi adalah teman satu kost Kenan sekaligus satu jurusan.
“ehh Kenan, lo mau ikut kita taruhan gak?” tegur Rendi
“taruhan apaan sihh, gak minta gue”
“gak minat apa takut nihhh” ejek Rendi
“ehh aku gak pernah takut ahh dengan tantangan, taruhan apaan dulu nih?”
“lo tau kan dengan anak baru yang pindahan itu?” menatap Kenan dengan tajam  “iya kenapa?” jawab Kenan.
“gini yaa, siapa yang bisa dapetin dia, siapa yang kalah dia harus bersedia nyuciin baju, nyuciin piring, beliin makanan, dll buat sebulan setengah, yaaa bisa dibilang jadi kacung selama satu setenngah bulan. Mau?”
“nggak deh gue males taruhan yang kayak gitu”
“cieee bilang aja lo takut ken, huuu” ejek Rendi
“yeee nggak kok” sambil menoyor Rendi.
“jadi apa kalo nggak? Banci? Ahh elo gitu aja gak berani cemen ahh”
“diihh ni anak, ya udah gue ikut nihh” dengan tampang kesal
“nahh gitu kan enak, kita deal yaa okee”
            Dengan proses taruhan itu, Kenan masih saja menunjukkan sikap manis kepada Rere dan tak ada yang berubah. Kenan juga melancarkan rencananya untuk mendekati anak baru yang bernama Winda itu. Dengan segala cara Kenan menarik perhatian Winda, mulai dari semakin aktif mengikuti latihan basket, dan futsal, Winda seringkali menonton mereka latihan karena diajak teman-temannya, setiap latihan Kenan menjadi pusat perhatian dari semua penonton karena ia memang mahir dalam bermain basket dan futsal. Hal itupun membuat Winda tertarik mengenal Kenan, hari itu setelah selesai latihan basket Kenan dengan gaya cool nya menegur Winda.
“Hei, elo anak baru itu ya,” sambil menenggak minuman “nama lo siapa? Disini ngekost?” sambungnya
“Winda, iya. Nama kamu siapa?”
“Kenan, salam kenal ya. Oh ya duluan ya”
            Percakapan sejenak yang sebenarnya tidak begitu penting itu bagi Winda itu sangat spesial karena ia memang tertarik dengan Kenan, bagi Kenan itu adalah awal dari perjuangannya untuk memenangkan taruhan.
            Keesokannya lagi-lagi Winda menonton Kenan latihan futsal dan itu
merupakan kesempatan bagi Kenan untuk mulai mendekatinya dengan meminta nomor ponsel Winda dan juga setelah latihan Kenan mengantar Winda pulang. Dengan itu semakin membuat Winda percaya bahwa Kenan memiliki rasa yang sama dengan ia.
            Tanpa sepengetahuan Rendi, Kenan pun melancarkan rencananya, semakin hari mereka semakin dekat. Rendi yang juga ingin mendekati Winda, tidak begitu ditanggapi oleh Winda.
“eh ken, tuh anak baru sombong banget loh, sms gue gak pernah dibales”
“ohh gitu ya, lo dapet nomer hp nya darimana?”
“dari temennya, jangan bilang lo mau minta no dia ke gue”
“pelit banget ni orang sama temen”
“ehh meeeen ini persaingan, jadi gak ada kata temen” dengan bangganya
            Sore itu Rere secara tidak sengaja berjalan bersama teman-temannya melewati fakultas Kenan, ketika ia melihat ada banyak yang latihan futsal disana, Rere dengan cepat menoleh ke arah para pemainnya.
“ehh sini fret, itu Kenan bukan?”
“lohh emang lo belum pernah ketemu ya?”
“iya fret” dengan wajah lemas
“bentar-bentar aku mau pake kacamata dulu”
“cepetan freeeettt”
“iya sabar sihh” mencari-cari Kenan diarah yang ditunjuk Rere “iya Re, bener” sambungya.
“waaahh, nonton sebentar yuk”
“iya iya, sekalian ngeceng juga nihh” sambar Ica
            Namun Kenan tak juga melihat Rere, selesai latihan Kenan menghampiri Winda yang juga menontonnya. Dengan itu Rere terlihat sangat kecewa namun mereka masih saja belum beranjak dari tempat mereka menonton itu. Seperti biasa setelah selesai latihan Kenan langsung mengantar Winda dan ketika Kenan melewati tempat Rere dan teman-temannya duduk, ia menoleh sebentar dan sama sekali tidak menegur Rere, namun Kenan tampak memasang wajah cemas.
            Dimalam hari ketika mereka mengobrol online dengan Rere, ia sama sekali tidak membahas tentang kejadian tadi sore. Namun, karena Rere tidak kuat menahan untuk tidak membahasnya jadi ia menanyakan hal itu.
“Ken aku tadi sore kayaknya liat orang dehh, itu mungkin kamu. Kamu tadi latihan kan”
“eh mungkin salah lihat Re”
“nggak kok, tadi kan aku sama Freti. Freti bilang itu kamu. Ohh ya kamu juga kan tadi noleh ke arah aku, sama siapa kamu tadi ya Ken?”
“ohh iya ya, berarti bener dugaan aku kalo itu kamu”
“ohh gak mau jawab ya siapa dia, ya udah kalo itu pacar kamu gak papa kok, yang langgeng ya sama dia. Pantesan gak pernah ada rencana ketemu ternyata gitu tohh”
“emm bukan pacar aku itu Re, susah negejelasinnya Re, yang pasti dia bukan pacar aku. bukan itu juga maksud aku ga ada rencana ketemu. Maaf Re”
“loh kok minta maaf, ya udah aku capek nih, aku mau tidur yaaa”
“Re, kamu bohong ahh gak biasanya kamu tidur jam segini.” Itu tidak diatnggapi oleh Rere.
            Namun, keesokannya keadaan antara Rere dan Kenan kemabli membaik lagi. Itu dikarenakan Rere memang menyukai bahkan sudah mulai menyayangi Kenan, jadi ia tidak mau kehilangannya.
            Kedekatan Kenan dan Winda semakin menunjukkan titik terang, Winda pun sudah semakin tertarik kepada Kenan. Yang akhirnya Kenan memenangkan taruhannya dan Rendi menepati janjinya kepada Kenan, ia rela disuruh apapun oleh Kenan. Hubungan Kenan dan Rere tidak mengalami kerenggangan bahkan mereka kerap sekali mengadakan janji untuk bertemu. Hubungan Kenan dengan Winda tidak begitu baik karena Kenan memang tidak menyukai Winda, Kenan berniat untuk memutuskan Winda ketika hukuman masa taruhannya selesai. Hubungan Kenan dengan Winda yang sudah sejauh ini, sama sekali tidak diketahui oleh Rere.
            Setelah setengah bulan berlalu dan masa taruhan selesai, Kenan sesegera mungkin memutuskan Winda melalui telepon, walaupun mulanya Winda tidak menerima semua itu, Kenan tetap bersikeras sehingga membuat Winda menyerah dan mau untuk memutuskan hubungan mereka.
            Hubungan Kenan dan Rere pun tercium oleh Rendi dan lagi-lagi Rendi menantang Kenan untuk bertaruh, karena Rendi ini memiliki sifat yang terlalu percaya diri, ia tak mau kalah dengan siapapun terutama Kenan.
“eh elo lagi deket dengan anak Fakultas Keguruan ya?”
“iya kenapa, gak usah ganggu-ganggu lo!”
“nggak kok, gue Cuma mau nantangin lagi aja. Soalnya Rere itu pernah kenal dengan gue bahkan kami dulu sempet deket”
“gak percaya gue ama lo Ren, lo itu emang gak pernah seneng ya liat gue seneng”
“ya udah kalo gak percaya tanya aja sama dia, Ken gue kan pernah naksir sama Rere, aku masih gak terima aja kemarin aku jadi kacung, jadi gue mau nantangin lo lagi. Elo harus mau!!”
“gila lo ya, bisa gak diganti korbannya. Gue beneran suka sama Rere!”
“gak bisa! harus Rere, soalnya gue kenal juga dengan Rere, permainan sudah dimulai. DEAL!”
            Kenan tidka begitu mempedulikan ucapan Rendi, hubungan Kenan dan Rere pun baik-baik saja, bahkan mereka semakin hari semakin dekat. Suatu waktu Kenan memberikan sebuah kejutan untuk Rere yaitu mengajaknya ke suatu tempat yang merupakan kenangan Rere bersama mendiang Ayahnya. Disana juga Kenan menyatakan cintanya kepada Rere. Semenjak hari itu mereka resmi menjadi spasang kekasih dan ini sama sekali tidak diketahui oleh Rendi.
            Rendi mulai curiga dengan Kenan yang setiap paginya tidak pernah lagi utnuk berangkat kuliah bersama. Walaupun sudah seringkali Rendi menanyakan kepada Kenan tentang itu, Kenan tak pernah menjawabnya. Karena terlalu penasaran akhirnya pagi itu Rendi mengikuti Kenan secara diam-diam. Tepat sekali ketika Rere keluar dari rumah kontrakannya, Rendi langsung menjalankan motornya mendekati Kenan, sontak itu membuat Kenan kaget.
“ohh jadi selama ini kamu tiap pagi jemput Rere toh,” tegur Rendi “oh ya Re kalian udah jadian ya?” sambungnya.
“hehe iya Ren, emang kamu gak diceritain sama Kenan ya” dengan enteng Rere menjawab.
“yak elah Kenan mah gitu introvert banget anaknya, ya udah yang langgeng ya Re” dengan senyumnya termanis “ehh iya Kenan selamet juga ya elo udah menang taruhan, gue jadi kacung selama satu setengah bulan lagi dehh”
Pernyataan itu membuatnya sangat kaget dan Kenan pun memberikan penjelasan dengannya didepan Rendi. Namun, Rendi menghalang-halangi Rere untuk percaya dengan Kenan dengan banyak bualan yang dikeuluarkannya tentang Kenan dan Rendi juga mengatakan tentang Winda yang sudah menjadi korban taruhan mereka. Sekuat tenaga Kenan untuk membuat percaya Rere namun Rere sudah teramat sakit hati dan sulit untuk mempercayainya karena hasutan dari Rendi. Semenjak saat itu hubungan Rere dan Kenan menggantung, sementara waktu Kenan menghilang untuk menetralisir suasana, sampai akhirnya Kenan mengirimkan sebuah pesan untuk kembali membuat Rere percaya bahwa ia benar-benar tidak ada niat untuk membuat Rere menjadi bahan taruhan, hanya dijawab Rere dengan kalimat, “Cintaku terlalu indah untuk dipertaruhkan, terimakasih seenggaknya aku udah pernah ngerasain gimana menyayangi dengan tulus. Selamat buat kemenanganmu”
Karya :

Tidak ada komentar: