Kamis, 15 November 2012

Dari SMA Muhammadiyah Putri Palembang sampai SMA A'isyiyah 1 Palembang

          Muhamadiyah berasal dari kata bahasa  Arab "Muhammad", yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan "ya" nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti "umat Muhammad saw." atau "pengikut Muhammad saw.", yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.  Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan sunah, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijah 1330 H, bertepatan 18 November 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta. (wikipedia.com)

            Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah saw. dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, semata-mata demi terwujudnya 'Izzul Islam wal muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita.

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan 18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KH Ahmad Dahlan.

Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.

Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air.(Zuli Qodir : 2010)

Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut "Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.

Disamping memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan anak-anak, beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai tahun 1918 beliau telah mendirikan Sekolah Dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namanya menjadi Kweek School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930 namanya dirubah menjadi Mu`allimin dan Mu`allimat.

Suatu ketika KH.Ahmad Dahlan menyampaikan usaha pendidikan setelah selesai menyampaikan santapan rohani pada rapat pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta. Ia menyampaikan keinginan mengajarkan agama Islam kepada para siswa Kweekschool Gubernamen Jetis yang dikepalai oleh R. Boedihardjo, yang juga pengurus Budi Utomo. Usul itu disetujui, dengan syarat di luar pelajaran resmi. Lama-lama peminatnya banyak, hingga kemudian mendirikan sekolah sendiri. Di antara para siswa Kweekschool Jetis ada yang memperhatikan susunan bangku, meja, dan papan tulis. Lalu, mereka menanyakan untuk apa, dijawab untuk sekolah anak-anak Kauman dengan pelajaran agama Islam dan pengetahuan sekolah biasa. Mereka tertarik sekali, dan akhirnya menyarankan agar penyelelenggaraan ditangani oleh suatu organisasi agar berkelanjutan sepeninggal K.H. Ahmad Dahlan kelak.

            Setelah pelaksanaan penyelenggaraan sekolah itu sudah mulai teratur, kemudian dipikirkan tentang organisasi pendukung terselenggaranya kegiatan sekolah itu. Dipilihlah nama "Muhammadiyah" sebagai nama organisasi itu dengan harapan agar para anggotanya dapat hidup beragama dan bermasyarakat sesuai dengan pribadi Nabi Muhammad saw. Penyusunan anggaran dasar Muhamadiyah banyak mendapat bantuan dari R. Sosrosugondo, guru bahasa Melayu Kweekschool Jetis. Rumusannya dibuat dalam bahasa melayu dan Belanda. Kesepakatan bulat pendirian Muhamadiyah terjadi pada tanggal 18 November 1912 M atau 8 Zulhijah 1330 H. Tgl 20 Desember 1912 diajukanlah surat permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, agar perserikatan ini diberi izin resmi dan diakui sebagai suatu badan hukum. Setelah memakan waktu sekitar 20 bulan, akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengakui Muhammadiyah sebagai badan hukum, tertuang dalam Gouvernement Besluit tanggal 22 Agustus 1914, No. 81, beserta alamporan statuennya.

Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan Nama 'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, Nyi Walidah Ahmad Dahlan Nyi Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya.

KH. A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.

Setelah sepeninggal K.H.A Dahlan, lalu yang menjadi ketua adalah Kyai Haji Ibrahim yang memimpin dari 1923-1933. Semenjak kepemimpinannya Muhammadiyah berkembang begitu pesat di seluruh Indonesia, dan meresap diseluruh Jawa dan Madura. Kongres-kongres mulai diselenggarakan diluar Yogyakarta. Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dapat dikatakan menonjol, penting dan patut dicatat adalah pada tahun 1924 K.H. Ibrahim mendirikan Fonds Dachlan yang bertujuan membiayai sekolah untuk anak-anak miskin. Pada tahun 1925, ia juga mengadakan khitanan massal. Disamping itu, ia juga mengadakan perbaikan badan perkawinan untuk menjodohkan putra-putri keluarga Muhammadiyah. Dakwah muhammadiyah juga secara gencar disebarluaskan ke luar Jawa.

Pada periode kepemimpinan K.H. Ibrahim, Muhammadiyah sejak tahun 1928 mengirim putra-putri lulusan sekolah-sekolah Muhammadiyah (mu’allimin, mu’allimat, Tabligh School, NormaalSchool) ke seluruh pelosok tanah air, yang kemudian dikenal dengan anak panah Muhammadiyah.

K.H Ibrahim selalu terpilih kembali sebagai ketua dalam sepuluh kali kongres Muhammadiyah. Selama periode kepemimpinannya, ia lebih banyak memberikan kebebasan gerak bagi angkatan muda untuk mengekspresikan aktivitasnya dalam gerakan dakwah Muhammadiyah.

Dalam masa kepemimpinannya, Muhammadiyah pernah mengalami fitnah dari pihak-pihak yang tidak suka akan kemajuan Muhammadiyah. Muahmmadiyah dan pengurus besarnya dianggap sebagai kaki tangan Politeke Economische Bond (PEB), sebuah organisasi yang dibentuk oleh persatuan pabrik gula yang dimiliki Belanda. Tujuan PEB ialah mengatur koordinasi dan kerjasama antar pabrik gula di Jateng dan Jatim dalam produksi, pemasaran juga dalam aspek sosial-budaya yang ada hubungannya dengan politik ekonomi pabrik gulan. PEB mendirikan perkumpulan bernama Jami’yatul Hasanah yang bertujuan untuk menghimpun guru-guru agama dan membiayai mereka untuk mengajarkan agama islam kepada buruh-buruh di pabrik gula, dengan demikian, fitnahan terhadap pengurus besar Muhammadiyah semakin besar karena pengurus besar muhammadiyah dianggao tekah bekerja sama dan menerima dana dari PEB yang merupakan kaki tangan Belanda.namun, fitnahan tersebut bisa diatasi dengan keterbukaan dalam kepemiminan K.H Ibrahim dengan mengundang para utusan dari cabang-cabang Muhammadiyah untuk memeriksa keuangan dan notulensi rapat di Pengurus Bedar Muhammadiyah di Yogyakarta, dan terbukti fitnahan tersebut tidak benar.

Dalam periode kepemimpinan K.H Ibrahim ini masuklah Muhammadiyah ke Sumatera Selatan dan yang akhirnya membangun amal usaha Muhammadiyah salah satunya yaitu Sekolah.

Sejarah dan Perkembangan Sekolah Sma Aisyiyah 1 Palembang

           Terhitung mulai Tahun Pelajaran 2010-2011 SMA Muhammadiyah 7 Palembang pengelolaanya dikembalikan lagi kepada Aisyiyah 1 Palembang dan terdaftar di Kementrian Pendidikan Nasional Kota Palembang tanggal 30 maret 2011 dengan kode validasi : 70C3B6. SMA Aisyiyah 1 Palembang bertempat di JL. Jendral Sudirman Komplek Balayudha, Km.4,5 Palembang. Yang memiliki luas tanah hanya 2416, namun dengan luas tanah yang sangat minim ini tidak membatasi ruang gerak siswa dalam bidang ekstrakulikuler dan akademik karena SMA Aisyiyah 1 ini sudah bnayak mencetak prestasi-prestasi yang sangat membanggakan. Gedung Sekolah ini terdiri dari 3 blok, dengan 18 ruangan.

            SMA Aisyiyah 1 Palembang memiliki sejarah yang cukup panjang, sejak didirikan pada tahun 1989. Awal mulanya yaitu dari SMA Muhammadiyah Putri Palembang, yang menempati gedung peninggalan dari SPG Aisyiyah Palembang yang saat itu pada tahun 1989 adanya keputusan dari pemerintah pusat untuk ditutupnya SPG(Sekolah Pendidikan Guru) dan PGA(Pendidikan Guru Agama) dan akhirnya dibukalah SMA Muhammadiyah Putri Palembang.

            SMA Muhammadiyah Putri Palembang ini beridir pada 28 desember 1989, berdasar surat Pengurus Yayasan Perguruan Muhammadiyah no.E-6/290/1989 yang dipimpin oleh Kepala Sekolah yang bernama Bapak Moebakir, namun sekolah ini tidak berlangsung lama karena sekolah ini kurang diminati oleh masyarakat sekitar karena hanya menerima siswa putri saja. Berdasarkan anjuran dari Pimpinan Wilayah Aisyiyah Provinsi Sumatera Selatan bagian P dan K  serta saran dari Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Palembang terhitung muali tanggal 1 Agustus 1994, nama Muhammadiyah Putri Palembang diubah menjadi Muhammadiyah 17 Palembang.

            SMA Muhammadiyah 17 Palembang, dengan pergantian nama dari SMA Muhammadiyah Putri Palembang ini secara otomatis siswa yang diterima disekolah ini bukan hanya putri saja. Dan banyak dari masyarakat sekitar yang antusias untuk menyekolahkan anaknya di SMA Muhammadiyah 17 Palembang ini. Kepala Sekolah dari SMA ini masih sama dengan Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Putri dulu yaitu Bapak Moebakir namun belum lama ia memimpin tepatnya tanggal 14 Mei 1995 ia dipanggil pulang ke Rahmatullah saat ia menunaikan ibadah haji.

            Sepeninggal dari Bapak Moebakir terdapat Vacum of Power yang menyebabkan Dra. Siti Suartini selaku Waka Kurikulum memimpin jalannya SMA Muhammadiyah 17 Palembang ini selama lebih kurang 1 tahun.

            Berdasarkan SK PWM bagian P dan K no.016/PWA D/IX/1996 terhitung tanggal 1 oktober 1996 Drs. Soekarno, YS.MM diangkat menjadi Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 17 Palembang. Pada tanggal 14 Juli 1997 sekolah ini kembali berubah nama menjadi SMA Muhammadiyah 7 Palembang. Pada mas kepemimpinan bapak Soekarno, YS.MM inilah SMA Muhammadiyah 7 mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada masa kepemimpinannya sekolah ini mulai melahirkan prestasi-prestasi yang satu persatu muncul. Prestasi itu muncul yang pertama dari ekstrakulikuler Paskibra yang mendapat Juara 1 kedisplinan dalam lomba yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Palembang, dari satu prestasi itu membangkitkan minta dan semangat para siswa untuk ikut mencetak prestasi-prestasi yang lain. Namun Ekstrakulikuler di SMA Muhammadiyah 7 ini tidak mengalami perkembangan atau pertambahan, selama beberapa tahun sekolah ini hanya memiliki ekstrakulikuler Paskibra. Yang saat itu Paskibra memiliki andil yang kuat dalam mencetak prestasi-prestasi yang dapat membanggakan sekolah ini. Banyak piala-piala yang didapatkan oleh Paskibra SMA Muhammadiyah 7 ini. Dan kemudian muncullah kegiatan ekstrakulikuler lain dalam bidang olahraga seperti Basket & Volley, saat itu ekstrakulikuler dalam bidang olahraga hanya bisa mendapatkan prestasi-prestasi pada cakupan wilayah Muhammadiyah saja.

            Pada tahun 2007 SMA Muhammadiyah 7 Palembang mendapat bantuan dari ibu Fatimah Ra’is berupa alat Marching Band yang berjumlah 101 buah yang terdiri dari, Senare HTS, Marcing Bell, Bass Drum, Symbal, Kwin Tom, Kuarto, Stik Mayoret, Terumpets, Marching Mellopon, Trombone, beserta Kostum. Dari sumbangan berupa alat-alat tersebut lah yang membangkitkan semangat kreativitas siswa yang menggebu-gebu. Pada tahun 2007 siswa belum bisa mencetak prestasi dalam bidang Marching Band ini, namun dikarenakan semangat siswa akhirnya pada tahun 2008 Marcing Band mencapai beberapa prestasi.

Pada masa kepemimpinan bapak Soekarno, murid diberi keluasan ruang gerak mereka dalam berprestasi. Dalam kedisplinan jam masuk sekolah masih agak renggang karena masih banyak siswa yang terlambat tidak diberi hukuman yang terlalu membuat kapok murid tersebut. Bapak Soekarno ini memiliki sifat yang low profile, santai dan berjiwa muda sehingga ia sangat disenangi oleh siswa dan antara murid dan kepala sekolah memiliki hubungan yang akrab. Pada masa inilah juga SMA Muhammadiyah 7 mulai memasuki masa keemasannya.

Namun pada tahun 2009 Bapak Soekarno, YS.MM dipindah tugaskan ke SMA N 10 Palembang. Dan terdapat lagi kekosongan kepemimpinan, yang akhirnya kekosongan itu diisi oleh Pimpinan wilayah Aisyiyah Sumatera Selatan, Dra. Hj. Darmi Hartati selama 5 bulan, yang pada saat ia menjabat para siswa yang dahulunya akrab sekali dengan Kepala Sekolah dan kedisiplinannya renggang, menjadi berbanding terbalik. Saat itu ibu Dra. Hj. Darmi Hartati menerapkan Kedisiplinan yang sangat ketat, bukan hanya untuk murid tetapi para guru juga menjadi sangat displin. Disini murid yang dahulunya santai menjadi sangat kaget dan sedikit agak terkekang. yang sebelum ia memimpin jam masuk itu jam 07.00 WIB menjadi jam 06.40, siapa pun yang terlambat 5 menit mereka disuruh pulang kerumah dan jika sudah tiga kali didapati mereka terlambat, maka mendapat surat panggilan untuk wali murid. Disini terlihat sekali kepemimpinan ibu Dra. Hj. Darmi Hartati sangat menerapkan kedisiplinan. Berakhirnya kepemimpinan ibu Dra. Hj. Darmi Hartati ini terhitung sejak di keluarkannya SK PWM Sumsel 008/KEP        /II.0/2009, tanggal 20 april 2009 yang menyatakan pengangkatan ibu Dra. Nurmawati.

Pada masa kepemimpinan Ibu Dra. Nurmawati menerapkan kedisplinan juga namun tidak seotoriter ibu Zuama, BA. Jam masuk sekolah masih jam 6.40 namun peraturannya yang diganti, yaitu masih memberikan tolelir kepada murid yang terlambat dan hanya diberi hukuman. Pada kepemimpinannya sekolah ini masih terus mendapatkan prestasi-prestasi yang gemilang dan pada masa kpemimpinannya lah prestasi yang dihasilkan semakin banyak. Mulai dari berkembangnya ekstrakulikuler lain sampai kelompok-kelompok belajar siswa yang efektif. Berikut daftar prestasi yang sangat membanggakan yang dihasilkan SMA Muhammadiyah 7 terhitung sejak tahun 2010.

No.

Prestasi yang dihasilkan

Ekstrakulikuler

1

Juara I Pusri Open Se-Sumsel (13 maret 2011)

Marching Band

2

Juara I umum Bupati OKI (7 Desember 2010)

Marching Band (2 kali juara umum)

3

Juara I umum Walikota Lubuk Linggau (22 november 2010)

Marching Band

4

Juara I kostum dan devile Bupati OKI

Marching Band

5

Juara kostum Walikota Lubuk Linggau

Marching Band

6

Juara I devile Walikota Lubuk Linggau

Marching Band

7

Juara umum walikota Palembang, Palembang Indah Mall (15 mei 2010)

Marching Band (2 kali juara umum)

8

Juara 2 Bupati Muara Enim (10 Januari 2011)

Marching Band

9

Juara II walikota Palembang divisi umum (13 November 2010)

Marching Band

10

Juara I PPKP Kecelakaan sekota Palembang (16 mei 2011)

PKS (2 kali juara umum)

11

Juara I TPKP Kecelakaan dan Tongkat POLRI (17 april 2011)

PKS 2 kali

12

Juara I TPKP dan Tongkat POLRI, POLTABES palembang (desember 2010)

PKS

13

Juara Kedisiplinan LTBB Kota Palembang 2010

Paskibra

14

Juara Kedisplinan LTBB kota Pelembang 2011

Paskibra

15

Juara II LTBB kota Palembang

Paskibra

16

Juara I Sonic Center Hardiknas 22 Maret 2010

Futsal

17

Juara II Sonic Center Milad Muhammadiyah

Futsal

18

Juara III SMA N 11 Palembang

Cerdas Cermat

19

Juara I Kuis Bank Berlian 2007,2008,2009

Kuis Cerdas Cermat

Nb : yang dicatatkan hanya prestasi yang menonjol, masih banyak prestasi-prestasi lainnya yang belum dicatatkan.

            Terlihat dari deratan prestasi-prestasi tersebut diketahui bahwa SMA Muhamamdiyah 7 ini sudah dapat bersaing dengan sekolah-sekolah negeri yang ada di Palembang, bahkan banyak dari prestasi tersebut muhammadiyah 7 dapat mengungguli sekolah-sekolah negeri.

            Pada tahun pelajaran 2010-2011 SMA Muhammadiyah 7 Palembang pengelolaannya dikembalikan lagi kepada Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumsel sehingga berganti nama lagi menjadi SMA Aisyiyah 1 Palembang dan terdaftar di Kementrian Pendidikan Nasional tanggal 30 maret 2011, dengan kode validasi : F 70C3B6.

            Gedung yang ditempati sebagai gedung sekolah SMA muhammadiyah 7 Palembang ini merupakan gedung milik yayasan Aisyiyah Wilayah Sumatera Selatan. Karena pada saat SMA muhammadiyah 7 berdiri, Aisyiyah belum ada izin untuk mendirikan amal usaha yang berupa sekolah menengah atas, jadi hak kepengurusan gedung ini diberikan kepada Muhammadiyah, dan didirikan lah SMA Muhammadiyah 7 ini. Namun ketika Mukatamar paaada tahun 2004, Aisyiyah sudah mendapatkan izin untuk mendirikan sekolah menengah atas. Hasil dari keputusan majelis Dikdasmen menytakan bahwa kepengurusan yang dahulunya diberikan kepada Muhammadiyah dikembalikan lagi kepada Aisyiyh dan karena itulah SMA Muhammadiyah 7 Palembang berganti nama lagi menjadi SMA Aisyiyah 1 Palembang. (Dari hasil wawancara dengan kepala bagian Tata Usaha SMA Aisyiyah 1 Palembang)



1 komentar: